Bab 1 bagian 5 …
Konser Andre berjalan dengan sangat sukses. Semua penonton–yang sebagian besar cewek–tidak pernah berhenti berkomat-kamit mengikuti irama lagu yang dinyanyikan Andre. Mereka juga terus mengeluk-elukkan Andre dengan histeria yang hiperbola seakan mereka punya cadangan pita suara kalau seandainya tiba-tiba mereka kehilangan suara karena keseringan teriak dengan volume suara yang mampu mengalahkan pengeras suara.
Tiara juga tak henti-hentinya ikut bernyanyi seperti penonton yang lain, tapi dengan volume suara yang wajar. Dan Tiara jadi semakin semangat untuk terus bernyanyi tiap kali Andre menatapnya dari atas panggung dan menerbangkan sebuah ciuman ke arahnya.
Tiara jadi berpikir, tidak percuma selama ini dia mengoleksi semua kaset dan CD lagu Andre dan menghapal setiap kata maupun nadanya. Aira, Eril, dan Frida pun kadang-kadang ikut bernyanyi di beberapa bagian dari tiap lagu yang mereka hapal karena keseringan mendengarnya setiap kali mereka bertamu ke rumah Tiara. Atau kalau Tiara sedang amat sangat merindukan Andre samapi kadar kewarasannya jadi menipis sehingga dia menyanyi-nyanyi dengan tidak jelas dan lagu yang dinyanyikan jelas lagu Andre. Atau saat mereka semua karaokean, kalau tidak disadarkan bukan hanya dia yang membayar dan mau nyanyi, bisa-bisa semua lagu Andre akan Tiara nyanyikan tanpa memberi kesempatan kepada yang lain.
Tiara pun pulang dengan senyum yang terpampang jelas di etalase wajahnya dan sebuket bunga–yang tadi diberikan Andre melalui seorang pelayang yang begitu berjasa dalam mempertemukannya dengan Andre–di tangannya. Tiara bahkan tidak menyadari bahwa senyum bahagianya itu malah menyakiti seseorang.
“Ra, jangan gila di sini dong! Belum nyampe rumah nih,” ujar Frida yang lama kelamaan jadi ilfil melihat Tiara yang daritadi tersenyum nggak jelas.
“Itulah love syndrom yang bisa menyebabkan kegilaan sesaat tanpa disadari oleh penderitanya,” komen Aira.
Romeo menoleh ke arah Tiara kemudian berganti ke arah Aira, Eril, dan Frida. ” Aku turunin di rumah sakit jiwa aja kali, ya?” katanya.
Aira, Eril, dan Frida tertawa mendengar kata-kata Romeo yang ngasal.
“Turunin di rumahnya aja,” kata Eril yang masih tertawa.
“Sekarang belum jam 12 kan?” Frida melihat jam tangannya .
“Belum. Sekarang masih setengah 11. Kalau mau, kita masih bisa nongkrong di pantai,” usul Aira.
“Nggak mau ah! Udah ngantuk,” tolak Frida.
“Huh! Malu ama bantal, jam segini udah mau tidur,” ledek Romeo sambil mengacak-acak poni Frida sampai Frida jadi cemberut dibuatnya.
Pandangan Romeo beralih ke arah Tiara yang berjalan di sampingnya. Tapi Romeo cepat-cepay membuang mukanya.
Sepanjang perjalanan pulang, Tiara tetap tersenyum bahagia. Tadi mungkin masih bisa dimaklumi, tapi sekarang perlu dipertanyakan. Aira, Eril, dan Frida yang duduk di jok belakang mobil Romeo mulai berpikir bagaimana caranya untuk menyadarkan Tiara sebelum ketahuan gila sama orangtuanya. Mereka jadi memilih sebuah cara lama yangsemoga saja ampuh.
“Ada Andre tuh, di sana!” suara Aira mengagetkan Tiara yang langsungcelingukan mencari Andre tapi segera tersadar dia telah dikerjain setelah melihat tak ada Andre di tempat yang ditunjuk Aira tadi.
“Nggak lucu!” Tiara jadi kesal.
“Sorry, kita cuma mau nyadarin kamu,” kata Aira dengan nada meminta maaf tapi menahan tawa pada suaranya.
“Nyadarin dari apa? Emangnya aku pingsan? Gila?”
“Yang terakhir hampir aja kejadian,” sambung Romeo sambil menginjak pedal rem karena ada lampu merah.
“Maksudmu?” Tiara malah nggak ngerti.
“Kamu itu daritadi senyam-senyum nggak jelas, Ra, makanya kita kira kamu crazy. Jadi, kita mau nayadarin kamu sebelum kamu terlanjur crazy beneran,” jelas Eril.
“Makasi buat kesadaran yang kalian berikan.” Tiara malah jadi jutek.
“Yah, kok marah sih, Ra? Jangan marah dong! Kita kan cuma bercanda.” Suara Aira, Eril, Frida, dan Romeo bersahut-sahutan membujuk Tiara agar tidak ngambek pada mereka. Tapi ketika radio mobil memutar lagu Andre, raut muka Tiara langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat.
“Untung hari ini aku lagi seneng, jadi kalian aku maafin,” ujar Tiara yang suaranya berubah jadi lembut lagi sambil mengeraskan volume radio mobil Romeo.
Bukannya senang sudah mendapat maaf dari Tiara, Aira, Eril, dan Frida malah bergeleng-geleng kepala, karena lagu Andre yang membuat Tiara memaafkan mereka. Sedangkan Romeo, dia pengen banget nuntut radio yang memutar lagu Andre di mobilnya–hal yang selalu dihindrarinya–karena buat Romeo, mending Tiara ngambek sama dia, soalnya dia tahu kalau Tiara akan maafin dia lagi, daripada mendengar suara Andre. Romeo juga nggak berani matiin radionya, bisa-bisa Tiara marah besar. Romeo jadi menyesal, kenapa dia sampai lupa memasangkaset di tape mobilnya–cara yang selalu dilakukannya untuk menghindari suara Andre mengalun di dalam mobilnya–karena melihat senyum Tiara.
Romeo akhirya bisa tenang setelah mobilnya berhnti di depan rumah Tiara. Bukannya dia nggak tenang kalau ada Tiara, tapi setelah mendengar lagu Andre sampai selesai, Tiara tidak pernah berhenti berkomentar yang bagus-bagus tentang Andre yang membuat telinga Romeo jadi panas.
“Makasi ya, Rom,” kata Tiara setelah turun dari mobil Romeo dan Aira menggantikan posisinya di depan.
“Sama-sama,” cuek Romeo. “Da.”
“Sampai besok, Ra!” kata Aira, Eril, dan Frida ketika mobil Romeo mulai bergerak menjauh perlahan dari pekarangan rumah Tiara.
Tiara melangkah melewati taman sambil melompat-lompat kecil dengan senang seperti anak kecil. Bahkan Tiara tidak menyadari kalau Papa dan Mamanya menunggu dia pulang di ruang tamu. Tiara baru sadar setelah Mamanya bertanya.
“Gimana konsernya, Ra?” tanya Mama.
Tiara menghentikan langkahnya dengan posisi seakan baru mendengar suara dari dunia lain.
“Ha? Kenapa, Ma?” Tiara bertanya balik ketika akhirnya sadar suara itu adalh suara Mamanya dan bukan suara dari dunia lain seperti yang sedetik lalu dipikirkannya.
“Konser Andre gimana?” Mama bertanya lagi.
Papa geleng-geleng kepala.
“Seru banget, Ma! Penontonnya banyak banget!” jawab Tiara dengan semangat menggebu-gebu karena yang ditanyakan seputar Andre.
“Oh,” singkat Mama yang membuat Tiara sadar kalau Mamanya hanya berbasa-basi.
“Kamu tidur, gih! Sudah jam 11,” suruh Papa pada Tiara yang langsung berjalan menuju ke kamarnya setelah mengiyakan perintah Papanya.
Sampai di kamar, Tiara langsung mengganti dress-nya dengan baju tidur berupa kaos dan celana pendek, setelah itu mencuci mukanya yang penuh make-up sampai bersih dan sikat gigi.
Sekeluarnya Tiara dari kamar mandi, laptop Tiara memberi tanda bahwa ada e-mail yang masuk.
Untuk hal yang satu ini, Tiara sangat bersyukur karena orangtuanya yang kolot tetap nggak mau kalau anak mereka jadi orang yang gaptek, oleh karena itu mereka memasangkan internet di seluruh bagian rumah mereka dan mengijinkan Tiara memiliki handphone, iPod, atau baran-barang tekhnologi anak muda lainnya.
Tiara melangkah ke arah meja tempat laptopnya–yang selalu standby setiap hari, dari waktu Tiara pulang sekolah sampai Tiara tidur–ditaruh. Tiara tidak langsung membuka e-mail yang masuk di laptopnya. Tiara memperbaiki letak figura-figura foto berbagai bentuk yan terletak di sekitar laptopnya dulu. Ada fotonya sendiri, ada foto bersama Mama-Papanya, ada foto bersama adik-adiknya, ada foto bersama para sahabatnya, dan foto Andre yang akhirnya dapat dia pajang setelah orangtuanya tahu kalau dia pacaran dengan Andre.
Setelah semua figura rapi , Tiara mulai menggerakkan mouse laptopnya untuk membuka e-mail yang tadi masuk.
Ternyata dari Andre.
Tiara memperbaiki posisi duduknya sebelum membaca e-mail Andre.
From : Andretopsinger@yahoo.com
Subjek : Chat yuk!
Sayang, kamu udah tidur belum? kamu masuk ke YM! ya, aku mau chat ma kamu.
Tanpa babibu, Tiara pun menutup e-mail Andre dan langsung masuk ke program yahoo messenger dan benar saja, Andre sedang online.
Tiara : Aku belum tidur kok, sayang!
Andre : Kamu baru nyampe atau udah daritadi?
Tiara : Udah daritadi. Kamu udah di kamar ya?
Andre : Iya, sayang. Capek banget nih! houfph …
Tiara : Kamu capek tapi kok malah ngajakin aku chating? Mending kamu tidur aja deh, sayang
Andre : Aku nggak bisa tidur, aku juga udah bilang ama kamu kan, kalau ada yang mau aku omongin
Tiara : Oh iya! sampai lupa. Emang mau ngomong apa?
Andre : Mmm …
Tiara : Kok cuma “mmm” ?
Andre : Aku nggak tau mesti mulai dari mana
Tiara : Emang mau ngomong apa sih? Kok sampai seribet itu?
Sesaat Andre tidak membalas pesan Tiara dan membuat Tiara jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Andre katakan kepadanya?
Andre : Aku ingin menghabiskan malamku besok cuma sama kamu
Tiara agak bingung dengan kata-kata Andre.
Tiara : Maksudnya? Kamu pengen jalan sama aku besok malam?
Andre : Bukan! Bukan itu maksudku!
Tiara : Terus?
Andre : Berdua sama kamu. Semalaman.
Tiara berpikir sebentar untuk menemukan maksud tersembunyi dari kata-kata Andre pada pesannya. Dan kemudian, seakan ada lampu yan menyala di kepalanya, Tiara menyadari maksud Andre.
Tiara : Kamu lagi bercandain aku ya, sayang?
Andre : Aku nggak bercanda, sayang! Aku bener-bener pengenin itu terjadi!
Tiara shock membaca pesan Andre. Tapi Tiara mencoba menyadarkan dirinya dari kekagetannya.
Tiara : Tapi kenapa, Ndre? Kita belum ada ikatan
Andre : Aku ingin kita saling memiliki seutuhnya. Kamu jadi milikku dan aku jadi milikmu
Tiara : Apa nggak ada cara lain?
Andre : Aku yakin hanya dengan ini caranya
Tiara sangat ingin menolak, tapi dia juga tidak ingin Andre berpikiran kalau dia tidak mencintai Andre.
Tiara terdiam beberapa saat tanpa membalas pesan Andre. Andre yang tahu Tiara sedang berpikir, tidak menuntut Tiara untuk segera membalas pesannya. Setelah merasa sudah cukup lama membuat Andre menunggu, Tiara pun menggerakkan jemarinya di laptop dengan ragu-ragu sambil berpikir, apakah ada cara lain?
Tiara : Terserah kamu, sayang
Tiara menekan tombol enter dengan perasaanserba salah, antara marah, sedih, kecewa, dan senang karena dapat membahagiakan Andre.
Andre : Terima kasih, sayang. Luv u!
Tiara : Luv u, too
Setelah mematikan laptopnya, Tiara langsung berbaring di tempat tidurnya. Seluruh organ tubuhnya sangat lelah, tapi matanya tak mau terlelap karena otaknya masih sibuk memikirkan apa yang baru saja dia dan Andre sepakati.
Cinta atau dosa?
Kesalahan yang indah atau keindahan yang salah?
Tiara tidak tahu. Bahkan dia tidak tahu kapan akhirnya otak dan matanya berkompromi dengan organ tubuhnya yang lain untuk istirahat setelah seharian menjalani kebahagiaan dan ketidakmengertian secara bersamaan.
Tinggalkan komentar